Up To You

Jadilah dirimu sendiri, jadilah pohonmu sendiri dan jadilah insan yang bermanfaat. “Mengapa negeri ini rapuh? Karena banyak pohon beringin ingin jadi pohon jeruk, dan pohon jeruk ingin jadi pohon mangga.” –Gede Prama. Para pembaca yang berbahagia. “Up to you” atau terserah padamu. Ya, lakukan apapun itu yang kamu mau. Setelah mengenal dirimu sendiri apakah kamu bisa mengerti apa maumu? Apa sih minat dan bakatmu? Kemana arah yang kau tuju di masa depan? (mungkin bisa dibaca judul “Who Am I?” pada Malim 2019-2020).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Minat” diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Istilah lain adalah “Passion”. Passion berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti gairah. Ataupun keinginan yang sangat kuat. Minat bisa lahir dari dalam atau dari luar diri seseorang. Jika kita tidak bisa menjelaskan alasan menyukai sesuatu. Itulah yang dinamakan minat dari dalam. Contoh, jika seseorang ditanya mengapa ia suka bermain bola? Namun saat ditanya ia tidak dapat menjelaskannya. “Pokoknya suka aja, gak tau kenapa suka.” Itulah yang dinamakan minat yang lahir dari dalam diri ataupun bawaan lahir. Bagaimana pula minat yang lahir dari luar, atau minat yang tiba-tiba muncul karena faktor lingkungan. Contoh, ingin menjadi pemain sepak bola karena abangnya suka bola dan penggemar Mohamed Salah. Minat yang berasal dari pengaruh luar ini sebaiknya jangan diteruskan. Karena bukan bibit tulen kita.

Berbeda dengan bakat. Bakat adalah potensi bawaan lahir. Bakat bisa diartikan sebagai keahlian alami yang dimiliki setiap orang. Meskipun bakat sudah ada sejak kita lahir, namun tetap harus diasah agar bisa paten hingga bersinar di kemudian hari. Seperti ungkapan dalam buku Ayah Edy “Bila anak ditakdirkan berbibit mangga, jangan biarkan ia tumbuh menjadi pohon jeruk hanya karena jeruk sedang laris. Jangan biarkan anak dengan bibit guru menjadi pohon artis, hanya karena profesi artis menjanjikan keberhasilan instan.”

Minat dan bakat biasanya berhubungan. Namun hakikinya keduanya adalah hal yang berbeda. Kita bisa berminat terhadap sesuatu, tetapi kenyataannya kita tidak berbakat. Karena minat adalah urusan perasaan atau pilihan hati. Sedangkan bakat berhubungan erat dengan hasil. Dalam buku Ayah Edy dikatakan lagi, “Anak yang berbakat basket, ketika diajari basket maka hasilnya akan signifikan. Anak yang berbakat matematika, ketika diajari matematika maka kemajuannya akan pesat. Untuk menilai seorang anak berbakat atau tidak dalam suatu bidang, kita perlu penilaian dari seorang ahli bidang itu”

Bagaimana jika bakat atau potensinya lebih dari satu? Ya kenapa tidak. Bisa saja sudah jago menyanyi, melukis, dan juga memasak. Dari ketiganya pasti ada bakat atau potensi yang unggul. Potensi unggul inilah yang harus ditemukan. Karena “Potensi unggul adalah potensi yang terbaik diantara semua potensi yang dimiliki.” –Ayah Edy.

Jangan sampai tersesat di tengah jalan. Sudah masuk di SMK Penerbangan kemudian merasa salah masuk sekolah. Sudah mau tamat sekolah di jurusan IPS tapi merasa salah masuk jurusan. Begitu juga saat di bangku perkuliahan.

Bahkan saat sudah bekerja. Merasa tidak enjoy dengan hari-harinya dikarenakan merasa tidak cocok dengan dirinya. Itulah perlunya jangan melakukan sesuatu karena orang. Apalagi sampai cita-cita pun ditentukan oleh orang.

Hidup ini pilihan, lakukan yang menjadi pilihan kita. Tanpa membuang waktu dan finansial. Pilihlah jalan sesuai potensi kita, karena biaya yang telah dikeluarkan tidak akan menjadi expenses malah akan menjadi investasi. Ada ungkapan bilang seperti ini, “It’s never too late to follow your passion.” Tak pernah terlambat untuk mengikuti passion kamu. Saat usia berapa pun itu memulainya. Sama halnya seperti belajar. Tidak ada kata tua dalam belajar.

Up to you” lagi-lagi terserah padamu. Mau menjadi Guru? Dokter? Polisi/TNI? Pilot? Pejabat? YouTuber? Selebgram? Atau Gamer? Apapun itu akhirnya nanti, jangan lupa cintai pekerjaannya. Karena rumus pertama orang sukses adalah Bahagia. Begitu juga dengan akhirat. “Up to you” Mau nabung pahala banyak atau sedikit? Mau masuk surga atau…? kita yang menjalankan peran di dunia ini kita pula yang akan mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak.

Perlu diingat, bahwa dakwah bukan hanya berlaku untuk para Ustadz yang berceramah. Dari profesi apapun, kita bisa berdakwah. Khabib Nurmagomedov, petarung yang berjuluk the eagle dan juara Dunia UFC. Tidak malu dengan identitasnya sebagai seorang muslim.

Daya tariknya pun memberi efek positif terhadap muslim dalam perjuangan melawan radikalisasi. Begitu juga Pogba. Dengan percaya diri menyingkirkan botol minuman Heineken yang berada dihadapannya saat konferensi pers Piala Euro 2020 lalu. Sikap Pogba mengartikan bahwa minuman alkohol adalah haram. Bukankah mereka sudah berdakwah? Mari menjadi diri sendiri dan menjadi orang yang bermanfaat untuk agama, nusa dan bangsa.

Begitulah seharusnya kita, ada keseimbangan antara dunia dan akhirat. Mengejar dunia untuk meraih akhirat. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Qashas ayat 77.

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Yang artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Penulis: Ustz. Rifnatul Fauziah, S.Pd

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *