Berharap Rahmat Allah di Pesantren

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 218 disebutkan:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya orang – orang yang beriman, orang – orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dalam firman Allah Swt tersebut ada tiga kata kunci yang berkaitan satu sama lainnya yaitu; beriman, berhijrah dan berjihad. Beriman adalah syarat untuk menjadi muslim karena meyakini rukun iman dalam kehidupannya sebagai seorang muslim dan juga selalu konsisten dalam perbuatan serta perkataannya. Dalam kehidupan sehari – hari seorang santri yang belajar di pesantren selalu mengamalkan rukun iman dalam Islam, contohnya santri dibiasakan untuk selalu shalat berjamaah lima waktu dengan shalat sunnah lainnya, kemudian melakukan kegiatan puasa sunnah senin kamis, membaca al-Quran bahkan menghafalkannya kemudian memahami pelajaran – pelajaran yang berkaitan dengan al-Quran, Sunnah Nabawiyyah, memuliakan guru dan kedua orang tua serta sesama makhluk hidup. Dengan pendidikan yang didapatkan santri tersebut dapat melahirkan kepribadian muslim dan mukmin serta muhsin.

Berhijrah bermakna pindah dalam mencari kebaikan atau meninggalkan sesuatu yang tidak baik menjadi baik. Berhijrah dapat dilakukan dengan rasa tulus dan ikhlas. Sebelum memasuki pesantren kedua orang tua harus merelakan kepergian sementara si buah hati dalam melanjutkan pendidikannya di pesantren demi masa depannya dan percaya sepenuhnya terhadap program pendidikan di pesantren tersebut dan mampu mengorbankan atas apa yang dimiliki termasuk harta benda dan yang sangat paling penting adalah niat karena Allah demi mendapatkan rahmat Allah Swt. Sementara itu, seorang anak yang akan meninggalkan rumahnya untuk sementara waktu ke pesantren semata – mata berhijrah demi masa depannya yang sangat panjang. Hijrahnya ke pesantren diiringi doa kedua orang tuanya, guru – gurunya bahkan keluarganya yang menjadi bekal dan modal awal bagi anak tersebut. Hijrahnya akan sampai tujuan bila anak tersebut memiliki niat dan tekad yang kuat bukan karena keterpaksaan.

Berjihad berarti berjuang dengan kesungguhan atau berusaha keras dan bukan berarti berperang secara fisik terhadap lawannya, jihadnya seorang santri secara umum dibagi menjadi empat bagian yaitu; (1) Jihad Rahmatan Lil ‘Alamin, berjuang dan berusaha keras untuk menampilkan agama Islam adalah agama yang penuh dengan nilai kasih sayang dan penuh dengan kedamaian. Sebagai contoh seorang santri di asrama dia akan bergaul dan bermuamalah dengan sahabat – sahabatnya yang datang dari berbagai daerah. Dan dalam muamalahnya tersebut diperlukan sikap berkasih sayang, tidak egois dan tidak merampas hak yang bukan miliknya., (2) Jihad melawan nafsu dan ego, berusaha keras untuk menaklukkan keakuan di dalam dirinya sehingga terhindar dari hal – hal yang tidak terpuji. Seorang santri harus mampu melawan egonya sendiri karena bila tidak mampu tentu akan mencelakakan dirinya, mampu menahan diri untuk tidak zalim, tidak melakukan perbuatan yang tidak terpuji baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap guru dan sahabatnya., (3) Jihad dalam belajar, selalu berjuang dan berusaha keras dalam memahami dan memaknai pelajaran – pelajaran yang telah didapatkannya. Menjauhi rasa malas dan membiasakan diri dengan rajin membaca buku, menelaah, meneladani hal – hal yang positif sehingga mampu membanggakan kedua orang tuanya., (4) Jihad menuju ridha Allah, Berjuang dengan sungguh – sungguh dalam setiap hal demi menggapai ridha Allah.

Dalam kehidupan di pesantren diperlukan niat tulus dan ridha terhadap ketentuan serta kebijakan yang telah ditetapkan oleh gurunya sehingga dapat membuat diri merasa betah dan nyaman di pesantren., Jika kita mampu menjadi sosok yang beriman, berhijrah dan berjihad fi sabilillah maka Allah Swt akan meninggikan derajat ketakwaan kita sehingga mendapatkan curahan rahmat-Nya yang tidak terputus – putus. Orang tua yang baik adalah orang tua yang beriman dan percaya terhadap segala kebijakan pesantren dalam bidang pendidikan dan pengasuhan, dan juga yang mampu menghijrahkan anaknya dari rumah menuju pesantren, berjihad dalam mencari sandang pangan demi kelancaran pendidikan anak tersebut. Insya Allah proses iman, hijrah dan jihad yang dilakukan oleh orang tua mendapatkan hasil yang terbaik oleh Yang Maha Baik.

Sementara itu, anak yang masuk pesantren menjadi anak dan santri yang baik bila mampu beriman dan mengamalkan konsep keimanan yang didapatkan secara kontiniu terus menerus, berhijrah dari rumah menuju pesantren rela meninggalkan kebiasaan – kebiasaan di rumah dengan mengikuti beragam kegiatan yang ada di pesantren serta menjadi sosok yang baik dengan melakukan tindakan terpuji serta menjauhi perilaku tidak terpuji. Dan berjihad fi sabilillah dalam belajar, beribadah, bermuamalah menjadi sosok santri yang insya Allah mampu menjadi waladun sholihun.

Penulis: Ust. Iswan Fadlin, MA

Direktur Pesantren

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *