Usai Ujian Nasional tepatnya tanggal 09 Mei 2018 seluruh kelas tiga dan beberapa majelis guru melaksanakan wisata pendidikan atau yang biasa dikenal dengan study tour. Padang Panjang dan Bukittinggi dipilih sebagai tujuan wisata ini bukan tanpa sebab, mengingat Almuslim sendiri memiliki hubungan historis dalam perjalanannya.
Almuslim (Jamiah Almuslim) yang didirikan pada tahun 1929 menurut sejarah pernah mengirimkan alumni perdanya untuk belajar ke bumi Minangkabau atau tepatnya ke kota Padang Panjang yang juga memiliki nama yang sama dengan Aceh yaitu Serambi Mekkah. Upaya napak tilas ini guna memberikan motivasi dan inspirasi kepada para santri yang ikut dalam kegiatan ini. Dua hari dua malam perjalanan ditempuh dari Aceh ke Padang Panjang ini memberikan gambaran kepada kami betapa kuat tekad para alumni perdana Jamiah Almuslim dulu yang hijrah ke Padang Panjang guna menuntut ilmu. Bisa dibayangkan bagaimana perjuangan mereka menaklukkan perjalanan yang panjang penuh liku dan berkelok-kelok., belum lagi alat transportasi zaman dahulu yang tentu sangat jauh berbeda dengan zaman sekarang. Sungguh ini sebuah perjuangan yang sangat menginspirasi kita dalam hijrah menuntut ilmu.
Kami mencoba menelusuri pesantren-pesantren yang ada di Padang Panjang dan Tanah Datar. Diantaranya seperti: Pesantren Thawalib Putra dan Thawalib Gunung yang konon katanya kesinilah beberapa alumni perdana Jamiah Almuslim itu dikirim. Kemudian kami juga berkunjung ke Pesantren Modern Nurul Ikhlas dan Diniyah Putri. Tidak ketinggalan Pesantren Pramuka Alhira, karena di pesantren inilah kami bermalam selama berada di tanah Minang ini.
Disamping melakukan napak tilas ke beberapa pesantren tersebut diatas rombongan juga melakukan wisata ke beberapa tempat wisata dan cagar budaya yang ada di Bukittingi dan Tanah Datar, seperti: Istana Baso, Danau Singkarak, PDIKM Padang Panjang (Tempat Dokumentasi), Minang Fantasi (Mifan), Lobang Jepang, Panorama dan Icon Sumatera Barat yaitu Jam gadang.
Tiga hari di tanah Minang kami lalui dengan penuh makna dan tidak kami sia-siakan untuk menikmati kuliner khas daerah yang satu ini, apa lagi kalau bukan Sate Padang. Pada kesempatan ini kami mengunjungi Rumah Sate atau yang biasa disebut Sate Mak Syukur (SMS). Ternyata waktu tiga hari terlalu singkat untuk menelusuri tempat-tempat sejarah yang ada di tanah Minang ini. Namun apa daya waktu jualah yang memaksa kami harus segera kembali ke Aceh untuk bisa bergabung dengan keluarga dalam momen meugang puasa kali ini. Tepat sehari sebelum meugang kami tiba kembali ke Aceh yaitu tanggal 15 Mei 2018. HWP
wah semoga ilmunya di serap dengan baik
Aamiin